Tuesday, July 12, 2011

Life And Reason

i'm pretty tired
think i'll go home now


Film paling inspirasional bagi saya adalah Forrest Gump. Kutipan di atas berasal dari dua kalimat pertama yang diucapkan Forrest ketika ia tiba-tiba berhenti setelah berlari selama lebih dari tiga tahun. Saya baru merasakan kata-kata itu saat ketiga kalinya saya menonton film tersebut. Banyak kutipan menarik yang bisa diambil selama menonton Forrest Gump, tapi saya belum pernah membaca ada yang mengutip kata-kata di atas. Sederhana dan mungkin tidak ada artinya bila kita tidak mengetahui cerita keseluruhannya. Padahal Forrest mengucapkan kalimat sederhana itu dengan latar belakang yang sangat jauh dari kata sederhana.

Bukan sesuatu yang sederhana ketika kita sudah berlari begitu jauh dengan filosofi untuk meninggalkan segalanya pada masa lampau di belakang kita. Sangat jauh hingga kita sudah bisa melupakan semuanya. Dalam hidup kita, mungkin kita juga selalu berlari, bahkan hampir setiap saat. Kesibukan rutinitas harian kita yang menuntut kita tidak pernah berhenti, bahkan sekedar beristirahat sejenak. Seringkali kita juga terjebak dalam pikiran tentang harapan dan cita-cita. Keharusan untuk terus melanjutkan hidup pada jalan seperti lingkungan kita mengharuskannya membuat kita berjuang begitu keras, terlalu keras.

Setelah usaha kerja keras kita, kenyataannya kita tidak mempunyai alasan untuk berhenti. Jika pun kemudian ada berbagai macam alasan, adalah logika yang memberikannya tanpa kita mengetahui kebenarannya bagi diri kita sendiri. Logika yang terus mencari alasan dari keadaan yang ada di sekitar kita, mungkin sangat filosofis dan begitu rumit untuk dicerna perasaan. Hanya akal sehat yang bermain dan menjadikan hidup kita seperti dikuasai oleh logika. Bukannya tanpa arti, tapi arti hidup menjadi bukan sesuatu yang melebihi hidup itu sendiri. Arti hidup yang hanya akhirnya didefinisikan oleh gambaran manusia.

Apa yang ditunjukkan Forrest memberikan satu hal yang penting: Satu alasan sederhana akan menjadikan hidup kita juga menjadi sepenuhnya berarti.

Menarik. Kita selama ini selalu mengagung-agungkan kehidupan. Bahwa hidup merupakan anugerah dan mukjizat dari Sang Kuasa. Kita tidak pernah membenarkan tindakan bunuh diri dengan alasan sederhana yang kita sebut konyol, juga tindakan meniadakan Tuhan sang empunya kehidupan. Tapi, di lain sisi, kita juga tidak pernah membiarkan kehidupan menguasai kita. Kita selalu ingin mempunyai kedudukan tinggi, wajah cantik atau tampan, uang yang banyak, dan berbagai hal manusiawi lainnya.

Cita-cita menjadi sesuatu yang abstrak. Kita mencari arti kehidupan dengan menentukan tujuan hidup kita sendiri. Artinya, kita yang berusaha menuntun hidup kita, bukan sebaliknya. Salahkah? Ah, kebenaran ikut menjadi sesuatu yang abstrak. Pada akhirnya, segala hal tentang kehidupan yang sudah menjadi hal sosial akan menjadi abstrak. Hal-hal yang absolut hanya berkisar pada pribadi. Bila hal tersebut sudah dinilai oleh orang lain, hal tersebut juga menjadi sesuatu yang tidak bisa dibuktikan. Cinta, keindahan, kenikmatan, kenyamanan: tidak ada lagi yang bisa mengartikan.

A life is full of reasons, but full life just need a reason.