Thursday, July 19, 2012

Blue Nights - MLTR

Lately you have been asking me
If all my words are true
Don't you know I'll do anything for you

Sometimes I haven't been good to you
Sometimes I've made you cry
And I am sorry for everything

But I promise you girl
I promise you this

When the blue night is over my face
On the dark side of the world in space
When I'm all alone with the stars above
You are the one I love

So there's no need to worry girl
My heart is sealed for you
And no one's gonna take it away

Cos' I promise you girl I promise you this
Your voice is calling to me in my dreams
My love is stronger than it's ever been

Sunday, July 15, 2012

Genggam Erat Tanganku

Rambutnya sudah memutih, hampir semuanya. Badannya agak bungkuk dan sangat kurus. Di dalam kereta yang sedang berjalan dengan kecepatan 60 km/jam ini tentu saja butuh energi lebih untuk dapat berdiri dengan kedua kakiinya yang mulai rapuh. Mungkin saja ia ingin berpegangan ke tiang atau gantungan tangan yang ada, tapi kedua tangan kakek itu sudah penuh dengan "urusan" lain. Ada keranjang belanjaan yang penuh dengan berbagai macam barang berada di tangan kiri. Hanya ada beberapa jenis sayur yang "mengintip" keluar dari tas itu. Tidak perlu mengetahui apa yang ada di dalamnya, tas berwarna pelangi tersebbut jelas berat. Punggung tangan kakek sudah menyuarakan itu.
Tangan kanan kakek menggengam erat tangan lain. Genggamannya sangat erat. Mungkin ia sudah renta, bahkan berdirinya pun sudah tidak tegap lagi, tapi ia sadar bahwa ia harus menggenggam tangan orang yang amat dicintainya dengan sepenuh hati. Istrinya selalu tersenyum kecil dengan lembut setiap kali mereka bertemu pandang. Mungkin hanya senyum tulus itu yang membuat sang kakek tetap bisa berdiri di posisinya saat ini. Tak mudah berdiri di dalam kereta yang berjalan hanya dengan bertumpu pada kedua kaki. Senyum tulus juga selalu mengembang di wajah sang kakek sebagai balasan atas semangat yang diberikan nenek. Nenek itu terlihat sangat cantik dengan pakaian tradisional cina berwarna hitam. Sedangkan sang kakek mengenakan kaos berkerah berwarna putih kecoklatan dengan corak coklat yang lebih gelap di bagian dada. Sepertinya baju baru karena masih ada label dan harga di kiri bawah baju itu. Sayangnya, di bagian punggung sudah basah dengan peluh keringat kakek. Keringat tidak hanya membasahi baju, tapi juga leher dan hampir semua wajah sang kakek.
Seakan sudah tidak sanggup lagi bertahan dengan gangguan keringat di wajah. Sang kakek mengambil sapu tangan dari saku kanannya. Ia mengusap keringat dengan cepat. Namun kecepatan nya kalah cepat dengan sang masinis yang menghentikan kereta di stasiun. Kakek terkejut ketika melihat nenek jatuh ke lantai karena tidak dapat menahan gaya dari kereta yang berhenti. Genggamannya hanya lepas beberapa detik, tapi ia tentu menyesali akibatnya. Banyak mata penumpang lain dalam kereta juga langsung menuju ke pasangan tersebut. Tapi, suara lain lebih mengejutkan mereka.
"Why you were not holding me!!"
Sebenarnya wanita muda itu tidak bisa dibilang berteriak. Tapi suaranya cukup keras untuk didengar semua orang di satu gerbong kereta, padahal wanita itu hanya menghardik pacarnya yang berdiri di dekatnya. Ya, sama seperti sang nenek, wanita itu hampir saja jatuh karena kereta yang tiba-tiba saja berhenti. Bedanya wanita muda mempunyai lebih banyak tenaga untuk berteriak sesuatu kepada orang yang mencintainya. Sebenarnya sedari tadi pasangan muda itu selalu berpelukan sepanjang perjalanan, namun sepertinya mereka berdua memang terkejut dan salah satu dari mereka terjatuh.
Sang nenek masih berusaha bangun dari lantai dibantu kakek dan beberapa orang lain. Cukup sulit bagi nenek untuk bangun dari posisi terduduk seperti itu. Tangannya melingkar ke leher kakek lalu ia tersenyum lebar kepada kakek, dengan sangat perlahan mereka berdua mencoba berdiri. Setelah berhasil lagi mereka tersenyum dan berpelukan. Mungkin jika masih punya banyak tenaga, mereka akan tertawa atas kejadian yang baru saja terjadi.
"Maaf aku tidak berpegangan ke kamu."
Kata nenek itu dibalas dengan kata maaf juga dari si kakek, "maaf juga aku melepaskan genggamanku." Lalu mereka berdua kembali tersenyum sambil berjalan keluar kereta di stasiun berikutnya.